Setiap trader yang benar-benar trading pasti tahu tentang indikator fibonacci. Faktanya, indikator ini menjadi salah satu patokan andalan bagi para trader untuk masuk ke dalam pasar.
Memang sulit untuk menduga ke mana arah pasar bergerak. Tapi, dengan berpatokan pada sebuah pola, Anda akan memiliki dasar yang lebih kuat dalam membuat prediksi.
Dan, salah satu pola terbaik dalam memprediksi pasar adalah menggunakan Fibonacci Retracement atau indikator Fibonacci.
Seperti apa indikator Fibonacci ini? Apa contohnya? Dan bagaimana strategi penerapannya?
Daftar Isi
Dasar Fibonacci Retracement
Fibonacci merupakan sebuah deret yang diperkenalkan oleh seorang matematikawan Italia bernama Leonardo Pisano atau Leonardo Fibonacci.
Deret ini berawal dari angka 0 dan 1, lalu berlanjut dengan menjumlahkan 2 angka sebelumnya untuk menghasilkan angka sesudahnya.
Dengan kata lain, angka ke-3 merupakan penjumlahan dari angka ke-1 dan 2. Lalu, angka ke-4 merupakan hasil penjumlahan dari angka ke-2 dan 3. Begitu seterusnya.
Dengan demikian, pola tersebut menghasilkan deret seperti ini: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, dan seterusnya. Deret ini melahirkan rasio-rasio matematis yang alami. Karena itu, para trader menggunakannya sebagai dasar analisis teknikal.
Baca juga: Apa Itu Dow Theory? Pengertian dan Perannya dalam Trading
Lalu berapa rasio angka fibonacci untuk indikator analisis teknikal ini? Angka rasionya adalah:
- 0,0%
- 23,6%
- 38,2%
- 50%
- 61,8%
- 78,6%
- 100%.
Angka-angka itu disebut sebagai golden ratio fibonacci retracement yang menjadi pertimbangan level support dan resistance saat entry pasar.
Baca juga: Cara Membaca Indikator MACD dengan Mudah melalui 3 Metode
Contoh Penerapan Indikator Fibonacci
Sebelum masuk ke dalam penjelasan tentang penerapan indikator ini, Anda perlu tahu 2 hal penting, yaitu Swing High dan Swing Low.
Swing High adalah puncak tertinggi yang berada di sebelah kanan grafik. Artinya, tidak ada lagi puncak yang lebih tinggi di sebelah kanan “Swing High”.
Swing Low adalah palung terdalam yang berada di sebelah kanan grafik. Artinya, tidak ada lagi palung yang lebih dalam di sebelah kanan “Swing Low”.
Pada trend naik, posisi Swing Low berada di sebelah kiri, dan Swing High di sebelah kanan. Sedangkan pada trend menurun, maka kedua posisi ini bertukar.
Nah, jarak antara Swing High dengan Swing Low ini menjadi area indikator fibonacci. Jika tren naik, maka Swing High berposisi sebagai 0,0% dan Swing Low sebagai batas 100%.
Sebaliknya, saat tren sedang menurun, maka Swing Low berposisi sebagai 0,0% dan Swing High sebagai batas 100%.
Baca juga: Pengertian Chart, Jenis, Contoh, dan Rekomendasi Penggunaan
Lalu, apa gunanya golden ratio Fibonacci yang baru saja dibahas?
Seperti uraian sebelumnya, rasio emas Fibonacci tersebut akan menjadi indikator level support dan resistance.
Jika Anda tidak lupa, support adalah batas lembah sementara di mana grafik berbalik dari turun menjadi naik. Sedangkan resistance adalah batas puncak sementara di mana grafik berbalik dari naik jadi turun.
Baik support maupun resistance berada di dalam area indikator Fibonacci.
Yang menarik adalah, jika Anda perhatikan, letak support dan resistance berada pada garis rasio Fibonacci.
Pada contoh di atas, resistance pertama berada di rasio 78,6%. Di belakangnya, support pertama mengikuti pada rasio 32,8%.
Resistance selanjutnya juga masih di rasio 78,6%, sedangkan level supportnya berada pada 61,8%.
Semua level tersebut merupakan rasio emas Fibonacci. Artinya, dengan mengetahui di mana level rasio Fibonacci berada, Anda dapat memprediksi di mana akan terjadi perubahan tren sementara.
Baca juga: Cara Membaca Candlestick pada Trading Agar Profit, Simple!
Strategi Buy dan Sell Berdasarkan Indikator Fibonacci
Lalu, bagaimana menerapkan indikator ini untuk melakukan buy atau sell?
Untuk menggunakan strategi buy dengan Fibonacci, Anda dapat mencontoh kasus berikut.
Misalnya, Anda sudah menentukan titik Swing Low dan Swing High. Dengan demikian, Anda akan memiliki area analisa dengan indikator Fibonacci.
Baca juga: 16 Pola Candlestick Paling Populer dan Berpeluang Untung
Jika Anda sedang mengalami tren naik (uptrend), maka target Anda adalah melakukan buy pada posisi level support.
Kenapa harus pada level support? Tentu saja untuk memaksimalkan keuntungan.
Jika Anda melakukan buy pada level resistance, maka margin profit Anda akan tipis. Sebaliknya, jika Anda mengambil posisi buy saat level support, maka ada spar antara level support dan resistance yang bisa menjadi profit Anda.
Lalu, di mana level support yang tepat untuk melakukan buy?
Pada grafik di atas, Anda dapat menemukannya di area pantulan yang berwarna kuning. Artinya, target entri Anda akan berada pada kisaran rasio antara 32,8%; 50% (Fibonacci semu); dan 61,8%.
Maksudnya, ketika tren sedang menurun, Anda dapat sabar menunggu hingga 3 level rasio tersebut. Dan, ketika pada level rasio tersebut, tren mulai berubah, Anda bisa langsung mengambil posisi buy.
Dengan mengambil posisi buy pada level tersebut, maka ketika tren kembali naik, Anda bisa memanen profit yang lebih besar.
Strategi ini merupakan teknik Fibonacci terbaik yang mengombinasikan antara potensi profit dan keamanan dari risiko loss pada trading Anda.
Baca juga: Apa Itu Stop Loss dan Take Profit? Begini Cara Menentukannya
Exit Point Dalam Fibonacci
Lalu, bagaimana jika ketika Anda sudah masuk di level tersebut, tapi tren malah tetap turun?
Untuk itulah ada Exit Point atau Titik Keluar.
Exit point yaitu titik di mana kemungkinan tren akan berlanjut dan Anda harus segera keluar dari posisi sebelumnya untuk meminimalisir kerugian.
Walau bagaimanapun, tidak mungkin untuk 100% memprediksi pasar secara benar. Karena itu, ketika terlihat Anda hanya akan rugi, segera keluar dari posisi buy atau sell Anda.
Memang Anda tetap rugi, tapi akan lebih kecil daripada jika Anda tetap bertahan.
Baca juga: Apa Itu Trailing Stop dan Cara Menggunakannya dalam Trading
Adapun exit point berdasarkan indikator Fibonacci ada pada level rasio 23,6% dan 0,0%. Artinya, jika grafik sudah mendekati level tersebut, berarti tidak ada kemungkinan tren akan berbalik arah.
Berdasarkan analisis teknikal yang berbasis Fibonacci Retracement, itu waktunya Anda menutup posisi buy meski sedang rugi agar tidak terlalu parah.
Analisis yang sama juga dapat Anda lakukan saat menerapkan strategi sell berdasarkan indikator Fibonacci. Hanya saja dengan arah tren yang berbeda (downtrend).
Jadi, sudahkah Anda siap menggunakan indikator Fibonacci dalam strategi trading Anda? Silakan coba dan utarakan pengalaman Anda tentang indikator ini.
Baca juga: Lagging Indicator adalah Indikasi Hasil Akhir Sebuah Bisnis