Ketika Anda hendak belajar tentang investasi saham, bullish adalah salah satu hal penting yang patut OctoMate pahami.
Secara mendasar, bullish adalah istilah yang menggambarkan adanya peningkatan tren pasar modal. Biasanya, hal ini dikaitkan dengan bearish.
Lantas, apa itu bullish dan bearish? Yuk langsung saja simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Daftar Isi
Apa itu Bullish?
Saat terjun dalam dunia saham, Anda akan melihat berbagai istilah yang berkaitan dengan aktivitas di pasar modal. Bullish adalah salah satu di antaranya.
Secara harfiah, istilah bullish berasal dari bahasa inggris, yaitu “bull” yang berarti banteng.
Dalam hal ini, bullish artinya diumpamakan seperti gerakan banteng, di mana ia menyeruduk dan mengarah ke atas.
Dengan kata lain, bullish adalah istilah yang menggambarkan bahwa kondisi atau tren pasar modal sedang menguat atau mengalami peningkatan secara berkelanjutan dalam periode tertentu.
Namun, bila berbicara terkait trading forex, maka bullish artinya kondisi yang menunjukkan bahwa terdapat kenaikan nilai base currency dari pasangan mata uang, namun mata uang lainnya justru menurun.
Kondisi bullish semacam ini juga dikenal dengan sebutan uptrend, di mana terdapat jumlah permintaan cukup tinggi hingga meningkatkan harga aset. Hal tersebut ditandai dengan warna hijau pada pasar modal.
Perbedaan Bullish dan Bearish
Seperti disinggung sebelumnya, bullish adalah hal yang berkaitan dengan bearish. Ya, bagaimanapun, kinerja pasar saham selalu berdampingan antara bullish dan bearish.
Jika bullish artinya keadaan di mana pasar sedang meningkat atau menguat, maka bearish adalah sebaliknya.
Sederhananya, bearish adalah istilah yang menandakan bahwa indeks harga saham sedang menurun atau juga disebut downtrend.
Bearish bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari melemahnya perekonomian, defisit neraca perdagangan, laba industri cenderung negatif, dan lain-lain.
Dalam keadaan tersebut, jumlah permintaan tergolong kecil sehingga harga aset terus merosot. Hal ini ditandai dengan warna merah di pasar modal.
Biasanya, trader akan memilih untuk melakukan penjualan saham (cut loss) guna meminimalisir kerugian yang jauh lebih besar.
Berbeda dengan bullish, para trader justru akan menahan saham dan menentukan kapan sekiranya akan dijual demi memaksimalkan keuntungan dari peningkatan harga pasar.
Baca juga: Apa Itu Trailing Stop dan Cara Menggunakannya dalam Trading
Faktor-Faktor Penyebab Bullish pada Pasar Saham
Tak dapat dipungkiri, harga saham di pasar modal memanglah terus bergerak, sehingga bullish adalah hal yang tidak menentu.
Harga bisa saja naik cepat, namun bisa juga turun dalam beberapa waktu berikutnya. Lalu sebetulnya, apa yang menyebabkan kenaikan harga saham tersebut?
Secara mendasar, bullish adalah keadaan yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Berikut beberapa di antaranya.
- Kondisi perkembangan laba industri yang baik
- Kondisi sektor usaha maupun bisnis sedang bertumbuh
- Produk Domestik Bruto (PDB) sedang menguat
- Kondisi ekonomi sedang dalam keadaan kuat pada periode waktu tertentu
- Meningkatnya kepercayaan para investor terhadap saham
- Meningkatnya tren pada sejumlah perusahaan yang mendaftarkan saham pertamanya dalam bursa
Sikap Investor dalam Menghadapi Pasar Bullish
Meskipun bullish adalah kondisi yang menguntungkan, namun bukan berarti Anda tidak memikirkan strategi.
OctoMate tetap harus memperhatikan pergerakan pasar ketika menghadapi pasar bullish.
Nah, jika Anda masih pemula dan sedikit kebingungan dalam menentukan langkah, berikut ini terdapat sejumlah cara menghadapi bullish yang bisa Anda coba.
1. Beli dan Tahan
Salah satu cara menghadapi bullish adalah beli pada saat saham naik dan tahan sambil mengawasi situasi.
Selama memegang saham tersebut, OctoMate bisa mengeruk untung karena nilainya terus naik.
Namun Anda harus cepat bereaksi. Saat ada tanda-tanda bullish, semakin cepat Anda memegang saham tersebut maka semakin untunglah Anda.
Baca juga: Apa itu Wyckoff Pattern? Pengertian, Fase, dan Cara Kerjanya
2. Penambahan Berkala
Ada pula trader yang menambah secara berkala. Saat tahu pasar bullish, ia memaksimalkan keuntungan dengan membeli lebih banyak.
Biasanya, trader akan menentukan target sebelum memutuskan membeli lebih banyak saham terkait.
Misalkan, Budi membeli saham A pada harga 200. Kemudian, saham tersebut terus mengalami peningkatan, sehingga Budi membeli lagi pada harga 250, 300, dan 350.
Hal ini membantu memperhitungkan risiko bearish, sehingga meminimalisir kerugian bila memang terjadi penurunan.
3. Beli Saat Retracement
Selanjutnya, cara menghadapi bullish adalah dengan memastikan trader membeli saat retracement, yakni kondisi saham turun sesaat sebelum naik lagi.
Contoh saja Anda trading dengan durasi 25 menit, di mana secara umum harga saham tersebut terus naik.
Namun, di antara 25 menit tersebut tentu ada posisi saat harga turun, inilah yang disebut retracement.
4. Metode Full Swing
Metode full swing membutuhkan keaktifan dari trader. Anda harus siap proyeksi masa depan agar tidak salah mengambil langkah. Keaktifan ini melibatkan jual beli saham dalam jangka pendek.
Jadi pada posisi persis sebelum nilai retracement, trader akan jual semua saham. Tapi ketika point bawah retracement tercapai dan harga mulai naik lagi, trader langsung beli.
Sekian bahasan tentang apa itu bullish dan bearish, serta cara menghadapinya.Pasar bullish adalah situasi menarik untuk trading dan mengeruk keuntungan.
Namun, tetap saja OctoMate harus memastikan untuk waspada saat melakukan trading di kondisi ini.
Berbicara mengenai trading, yuk jatuhkan pilihan Anda pada Bitocto sebagai platform trading dan investasi crypto terpercaya di Indonesia. Bahkan hanya dengan Rp50.000 saja, Anda sudah bisa miliki aset kripto yang mendatangkan cuan. Yuk gabung sekarang!
Baca juga: Swing Trading Crypto, Kenali Pengertian, Cara dan Risiko