Resesi adalah sebuah istilah untuk menyebut kondisi terjadinya penurunan aktivitas ekonomi umum seperti investasi secara signifikan di suatu wilayah tertentu yang ditandai dengan melemahnya PDB atau Produk Domestik Bruto selama dua karta berturut-turut atau lebih.
Selama pandemi Covid-19 melanda dunia, resesi adalah salah satu keadaan yang cukup ditakuti oleh banyak negara akibat adanya perubahan gejolak ekonomi secara krusial.
Simak artikel berikut untuk memahami lebih lanjut tentang apa itu resesi, dampak, hingga cara mengatasinya!
Daftar Isi
Apa itu Resesi?
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, arti resesi adalah periode penurunan ekonomi ketika aktivitas perdagangan dan industri berkurang selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Selain itu, dapat dipahami pula bahwa arti resesi adalah sebuah periode berlangsungnya perlambatan atau kontraksi kegiatan-kegiatan ekonomi secara besar-besaran.
Meski demikian, pengamat menilai bahwa arti resesi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari suatu siklus bisnis atau ekonomi suatu negara.
Indonesia sendiri pernah mengalami resesi ekonomi pada tahun 1998 lalu.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi: Pengertian hingga Cara Mengukurnya
Perbedaan Resesi dan Depresi Ekonomi
Pernahkah Anda menyadari bahwa istilah resesi sangat dekat dengan depresi ekonomi?
Di penjelasan sebelumnya, telah diketahui bahwa resesi adalah penurunan kondisi ekonomi selama dua kartal atau lebih.
Sementara itu, depresi adalah sebuah kondisi resesi yang terjadi berkepanjangan dan tak kunjung berakhir.
Artinya, jika suatu negara mengalami depresi, maka dapat dipahami bahwa persoalan resesi ekonomi tersebut tidak kunjung teratasi.
Selain dari jangka waktunya, perbedaan depresi dan resesi ekonomi adalah persentase penurunan angka PDB.
Umumnya, resesi ekonomi menunjukkan penurunan PDB sebesar 0,3% hingga -5% selama setengah tahun hingga satu setengah tahun berikutnya.
Sedangkan depresi ekonomi menunjukkan penurunan PDB sekitar -14,7% dalam jangka waktu 18 hingga 43 bulan lamanya.
Penyebab Resesi
Umumnya, hal-hal yang menjadi penyebab apa itu resesi adalah sebagai berikut:
1. Guncangan ekonomi secara mendadak
Sesuai namanya, guncangan ekonomi merupakan persoalan yang terjadi secara mendadak dan mengakibatkan kerugian finansial cukup serius.
Contohnya yaitu seperti wabah virus Corona yang melumpuhkan ekonomi seluruh dunia.
2. Perubahan teknologi
Meski terbilang menguntungkan, perkembangan teknologi masih dianggap sebagai ancaman dalam dunia ekonomi. Misalnya saja pada abad ke-19 yang terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja akibat revolusi industri.
Revolusi Industri membuat berbagai profesi menjadi usang sehingga memicu resesi dan masa-masa sulit.
3. Inflasi tinggi
Inflasi adalah tren kenaikan harga secara stabil dari waktu ke waktu.
Walau bukan hal buruk, inflasi berlebihan termasuk fenomena yang cukup berbahaya karena dapat memicu timbulnya resesi ekonomi.
4. Hutang berlebihan
Jumlah hutang yang berlebihan terkadang dapat menyebabkan biaya untuk membayar hutang mengalami peningkatan ke titik di mana debitur tidak dapat membayar tagihan mereka.
Akibatnya, risiko kebangkrutan meningkat dan berdampak buruk bagi roda perekonomian.
5. Gelembung aset
Keputusan investasi yang didorong oleh emosi ternyata juga berakibat buruk pada hasil ekonomi.
Selama ekonomi menguat, investor bisa menjadi terlalu optimis. Kegembiraan yang irasional tersebut menggelembungkan pasar saham dan saat gelembung itu meletus, penjualan akan memanik sehingga menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
6. Deflasi berlebihan
Deflasi adalah kondisi dimana harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi sehingga menekan harga.
Tidak terkendalinya lingkaran umpan balik deflasi membuat orang dan bisnis menghentikan pengeluaran yang melemahkan ekonomi.
Baca juga: Hiperinflasi: Pengertian, Faktor Penyebab, dan Contohnya
Dampak Resesi Ekonomi
Tak ada seorang pun yang ingin mengalami resesi. Sebab, beberapa dampak resesi ekonomi adalah:
1. Naiknya angka PHK
Resesi mengakibatkan penurunan pada minat beli sehingga berdampak pula kepada tingkat produksi yang berkurang.
Tidak adanya gairah dalam roda perekonomian ini ternyata dapat menyebabkan efek domino berupa peningkatan angka PHK.
2. Turunnya tingkat investasi
Aktivitas ekonomi yang kian menurun tentu menyebabkan laju investasi turut berkurang pula.
Hal ini dapat terjadi karena para tidak adanya keyakinan dari para investor untuk melakukan investasi.
3. Inflasi dan deflasi
Selain termasuk penyebab, inflasi dan deflasi juga merupakan dampak dari resesi.
Singkatnya, inflasi adalah kondisi di mana harga terus mengalami peningkatan. Sebaliknya, deflasi adalah kondisi dimana harga terus mengalami penurunan.
Dampak Resesi Terhadap Masyarakat
Dampak resesi tak hanya dirasakan oleh negara saja. Pasalnya, di lingkup masyarakat, dampak resesi ekonomi adalah:
1. Berkurangnya ketersediaan lapangan kerja
Sejalan dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu naiknya angka PHK, maka dapat dikatakan bahwa dampak resesi adalah berkurangnya ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat.
2. Turunnya pendapatan
Bagi masyarakat, dampak resesi yang bisa dirasakan secara langsung yaitu menurunnya pendapatan.
Alhasil, peningkatan angka kemiskinan yang menyebabkan naiknya tingkat kriminalitas pun mungkin saja terjadi.
3. Migrasi besar-besaran
Resesi ekonomi juga bisa mengakibatkan terjadinya migrasi secara besar-besaran yang mana dapat menyebabkan peningkatan jumlah penduduk di daerah tujuan migrasi.
Akibatnya, muncul kesenjangan sosial antara warga lokal dan pendatang.
4. Konflik sosial
Selanjutnya, dampak resesi adalah timbulnya konflik sosial akibat banyaknya ketimpangan yang terjadi.
Konflik sosial ini dapat terjadi antara masyarakat kelas atas dengan kelas bawah maupun masyarakat yang berada di kelas setara.
Baca juga: 8 Daftar Mata Uang Tertinggi di Dunia 2022, Kalahkan Dollar!
Cara Mengatasi Resesi Ekonomi
Mengingat dampaknya yang cukup serius, tentu perlu beberapa cara mengatasi resesi ekonomi. Beberapa cara mengatasi resesi ekonomi adalah:
1. Bantuan UMKM
Meski terdampak resesi, UMKM sebenarnya memiliki ketahanan yang jauh lebih baik daripada perusahaan besar karena beroperasi di lingkup kecil.
Maka dari itu, perlu bantuan finansial agar kegiatan produksi UMUM tetap bisa berjalan.
2. Mengembalikan kepercayaan investor
Untuk meningkatkan gairah investasi yang sempat redup, pemerintah dapat membuat berbagai kebijakan ataupun proyek-proyek strategi agar investor tertarik untuk menanamkan modalnya kembali.
3. Belanja pemerintah besar-besaran
Belanja pemerintah adalah salah satu senjata yang digunakan untuk mengembalikan keadaan ekonomi selama resesi terjadi.
Kegiatan ini berdampak baik karena mampu meningkatkan permintaan dalam negeri sekaligus menggerakkan sektor bisnis untuk berinvestasi.
Kebijakan Bank Indonesia untuk Mengatasi Resesi
Selama gentingnya situasi di tengah pandemi Covid-19, kebijakan Bank Indonesia untuk mengatasi resesi adalah dengan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Rate (BI7DRR) sebesar 3,50% suku bunga Lending Facility sebesar 4,25% dan suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%.
Kebijakan tersebut dibuat dengan menimbangan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah perkiraan inflasi yang tetap rendah dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Secara lebih lanjut, Bank Indonesia juga telah mengoptimalkan kebijakan makroprudensial akomodatif, dukungan kebijakan internasional, akselerasi pendalaman pasar uang, serta digitalisasi sistem pembayaran demi mendukung pemulihan ekonomi dengan maksimal.
Demikian pembahasan tentang arti resesi lengkap hingga penjelasan mengenai penyebab, dampak, dan cara mengatasinya.
Mengingat resesi adalah fenomena yang mempengaruhi finansial, jangan lupa untuk selalu menabung dan berinvestasi Bitcoin, Ethereum, dan Cryptocurrency lain hanya di Bitocto ya. Sampai jumpa!
Baca juga: Pengertian Uang Kartal, Contoh, dan Bedanya dari Uang Giral