Bagi para pengusaha, istilah manajemen risiko keuangan adalah hal yang sudah tidak asing lagi. Akan tetapi, bagi para orang awam mungkin kata tersebut masih asing di telinga mereka.
Pada dasarnya manajemen risiko keuangan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan sebagai upaya untuk mengendalikan risiko keuangan yang bisa saja terjadi pada perusahaan. Jika anda ingin tahu lebih lanjut mengenai manajemen risiko keuangan, mari simak ulasan-ulasan di bawah ini.
Daftar Isi
Tujuan Manajemen Risiko Keuangan
Tujuan manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalisir kerugian yang mungkin saja terjadi karena suatu kejadian yang tidak terduga. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan risiko usaha, seperti naik turunnya nilai mata uang, komoditas, ekuitas dan juga kredit.
Selain risiko tersebut, masih ada banyak lagi jenis risiko usaha yang bisa terjadi, misalnya risiko akuntansi, risiko regulasi, risiko pajak, risiko likuiditas, hingga adanya risiko akibat diskontinuitas pasar.
Nah, agar perusahaan anda aman maka anda perlu memahami apa arti risiko dan bagaimana anda bisa melakukan pengelolaan risiko dengan baik melalui manajemen risiko keuangan perusahaan.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari kemungkinan risiko yang bisa menghambat atau menurunkan proses pencapaian atau kinerja perusahaan.
Selain itu, tujuan manajemen risiko keuangan adalah untuk mendorong pihak manajemen agar bekerja secara proaktif dalam mengurangi dan menekan kemungkinan risiko, dan kemudian menjadikan manajemen risiko sebagai salah satu kelebihan untuk modal bersaing dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Manajemen risiko juga bisa membantu dalam penyusunan kerangka kerja yang konsisten terhadap segala kemungkinan risiko yang terdapat pada proses usaha maupun bisnis dan juga fungsi-fungsi yang diterapkan pada perusahaan.
Satu lagi tujuan manajemen risiko keuangan adalah sebagai pengingat agar perusahaan selalu bertindak hati-hati serta waspada dalam menghadapi segala macam risiko yang bisa terjadi pada perusahaan.
Disamping itu, tujuan manajemen risiko juga bertujuan untuk membangun kemampuan individu dan juga manajemen dalam mensosialisasikan pengertian serta penjelasan mengenai betapa pentingnya manajemen risiko.
Baca juga: Mengenal Manajemen Keuangan, Fungsi, Tujuan, serta Contohnya
Apa Pentingnya Manajemen Risiko Keuangan?
Pada umumnya ada tiga fungsi manajemen risiko yang sering digunakan oleh perusahaan. Fungsi yang pertama yaitu fungsi perencanaan atau planning. Di sini perusahaan bisa memulai fungsi perencanaan dengan membuat visi, misi, serta tujuan yang berhubungan dengan manajemen risiko.
Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan tahapan kedua yaitu menetapkan sasaran, kebijakan dan juga prosedur yang berhubungan dengan manajemen risiko. Untuk mempermudah pengarahan serta sosialisasi dan juga sebagai bentuk dukungan manajemen atas program manajemen risiko maka visi, misi, serta prosedur yang telah ditetapkan tersebut harus ditulis.
Fungsi manajemen risiko keuangan yang kedua yaitu fungsi pelaksanaan atau actuating. Pada fungsi ini akan dilakukan proses identifikasi serta pengukuran risiko. Setelah kedua hal tersebut selesai dilakukan, maka bisa dilanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu proses manajemen pengelolaan risiko yang mana adalah aktivitas operasional yang paling penting dari sebuah manajemen risiko.
Fungsi ketiga adalah fungsi pengendalian atau bisa disebut juga dengan controlling. Ada beberapa jenis pengendalian dalam sebuah manajemen risiko, mulai dari melakukan evaluasi secara berkala terkait pelaksanaan manajemen risiko, selanjutnya ada output atau laporan yang didapatkan dari manajemen risiko dan yang terakhir adalah feedback dari laporan yang sudah dibuat.
Baca juga: Akuntan Publik: Definisi, Tugas, dan Jenis-Jenis Jasanya
Proses Manajemen Risiko Keuangan
Nah, setelah memahami tujuan dan apa pentingnya manajemen risiko keuangan, sekarang saatnya anda mengenal beberapa contoh manajemen risiko keuangan yang dibagi menjadi 9 proses.
1. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko adalah usaha yang dilakukan untuk mencari, menemukan, serta mengetahui risiko-risiko apa saja yang bisa muncul dalam perusahaan. Untuk bisa melakukan identifikasi risiko, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh manajer perusahaan, seperti:
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui setiap kemungkinan-kemungkinan kerugian yang bisa saja terjadi pada perusahaan.
Dengan mengetahui kemungkinan-kemungkinan tersebut maka manajer risiko harus waspada dan berhati-hati terhadap setiap kemungkinan kerugian yang bisa terjadi kepada perusahaan mengingat hal tersebut adalah tugas utama dari seorang manajer risiko.
Hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh manajer risiko keuangan dalam melakukan identifikasi risiko adalah memperkirakan besar kecilnya resiko yang akan terjadi dengan perusahaan. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkirakan berapa kerugian maksimum yang akan diderita oleh perusahaan berdasarkan risiko-risiko yang berasal dari beragam sumber.
Selanjutnya, seorang manajer risiko harus bisa memutuskan metode apa yang akan digunakan untuk pengolahan risiko. Disini manajer risiko harus bisa memberikan metode yang paling baik, serta paling ekonomis untuk perusahaan.
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan metode terbaik dan juga yang paling ekonomis, seperti membatasi, mengurangi, menanggung secara pribadi, menghapuskan, atau bahkan mengkombinasikan metode-metode yang ada.
Dan yang paling terakhir, seorang manajer risiko harus bisa mengadministrasikan semua program yang terkait dengan manajemen risiko. Beberapa hal yang termasuk pada tahap ini adalah mengadakan evaluasi terhadap program, melakukan pencatatan, dan masih banyak lagi lainnya.
Ada beberapa metode identifikasi risiko yang bisa dilakukan. Beberapa diantaranya adalah identifikasi risiko berdasarkan analisa dan juga historis.
Ada juga identifikasi risiko yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan survey. Metode yang satu ini bisa menggunakan questionnaire, melakukan interaksi secara langsung dengan unit kerja, dan bisa juga dengan cara inspeksi langsung.
Identifikasi risiko juga bisa dilakukan dengan metode pengacuan atau bisa juga disebut dengan benchmarking, dan yang terakhir identifikasi risiko bisa dilakukan menggunakan metode pendapat ahli.
Baca juga: Apa Itu Pailit? Syarat, Contoh, dan Bedanya dengan Bangkrut
2. Indikator Risiko
Dalam indikator risiko terdapat dua istilah yaitu leading indicator atau indikator awal dan yang satunya adalah lagging indicator atau indikator akhir. Kira-kira manakah indikator risiko yang paling baik dalam sebuah manajemen risiko? Manakah indikator yang akan anda gunakan, serta apakah perbedaan dari kedua macam indikator tersebut?
Sebelum berbicara lebih lanjut mengenai kedua istilah dalam indikator risiko tersebut, mari cari tahu terlebih dahulu apa itu yang disebut dengan indikator. Indicator adalah segala sesuatu yang bisa memberikan petunjuk. Perlu diingat bahwa indikator dan indikasi adalah dua hal yang berbeda, dimana indikasi merupakan tanda-tanda yang bisa menarik perhatian dan juga petunjuk.
Dapat disimpulkan bahwa indikator lebih merujuk kepada alat ukur yang digunakan untuk menunjukkan suatu hal, dan indikasi lebih merujuk pada tanda yang ditunjukkan. Dengan kata lain indikator ini nanti bisa memberikan sebuah indikasi.
Nah, indikator awal nanti akan lebih berfokus kepada proses atau masukan, mudah dipengaruhi, namun akan sangat sulit diukur. Sedangkan indikator akhir lebih berfokus kepada hasil, sulit dipengaruhi, namun mudah diukur.
Keduanya sama-sama baik untuk digunakan sebagai indikator risiko tergantung dengan bagaimana manajemen risiko anda. Akan lebih baik lagi jika indikator yang anda gunakan bisa menyeimbangkan indikator awal dan juga indikator akhir.
Pada umumnya indikator risiko merupakan metrik yang memberitahukan adanya kemungkinan timbulnya suatu risiko atau beberapa risiko lebih dari selera risiko. Faktanya adalah akan ada banyak sekali indikator risiko yang bisa anda temukan, dan pastinya anda tidak akan bisa mengawasinya satu per satu.
Oleh sebab itu, maka anda perlu memilih dan menetapkan beberapa indikator utama yang biasa disingkat dengan KRI (Key Risk Indicators). Singkatnya, KRI ini adalah indikator dengan relevansi tinggi, yang disertai juga dengan tingkat probabilitas yang tinggi yang berfungsi untuk meramalkan atau mengindikasikan risiko-risiko yang penting.
Ada beberapa kriteria yang biasanya digunakan untuk menetapkan KRI dari beragam indikator risiko yang ada. Beberapa kriteria tersebut diantaranya adalah dampak, karena indikator yang dipilih harus memiliki dampak yang besar bagi perusahaan.
Selain itu, ada juga keandalan karena indikator yang dipilih harus memiliki keterkaitan tinggi terhadap risiko dan akan digunakan sebagai alat pengukur prakiraan atau keluaran.
KRI yang dipilih juga harus sensitif karena indikator tersebut harus mewakili risiko dan juga harus bisa secara tepat memprediksikan variasi dalam resiko. Dan yang terakhir KRI haruslah mudah dalam artian indikator tersebut haruslah mudah digunakan, mudah untuk diukur dan yang paling penting mudah untuk dilaporkan.
Baca juga: Lagging Indicator adalah Indikasi Hasil Akhir Sebuah Bisnis
3. Penilaian Risiko
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan setelah melalui tahapan identifikasi risiko dan juga menemukan indikator risiko adalah melakukan penilaian risiko. Pada tahap ini nantinya akan dilakukan penilaian terhadap seberapa parah dan buruknya kerugian yang bisa terjadi pada perusahaan serta seberapa besar peluang tersebut akan terjadi pada perusahaan.
Dalam hal ini, kompetensi pribadi atau kemampuan individu sangatlah dibutuhkan. Pasalnya perusahaan memerlukan kemampuan serta kecakapan mereka untuk memberikan penilaian terhadap risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena perusahaan ingin setiap kemungkinan risiko yang ada bisa berada pada skala prioritas yang tepat. Oleh karena itu, dengan memaksimalkan kemampuan individu di segala bidang diharapkan dapat menempatkan risiko pada prioritas yang tepat.
Baca juga: Settlement Adalah: Pengertian, Fungsi, Contoh, dan Cara Catat
4. Tanggapan Risiko
Tanggapan Risiko atau risk response adalah sebuah proses pada manajemen risiko yang bertujuan untuk memilih dan kemudian menerapkan langkah-langkah pengelolaan risiko yang harus dilakukan.
Proses ini termasuk salah satu proses yang paling menantang bagi manajer risiko, pasalnya mereka harus membuat serta menentukan portofolio yang tepat dan akurat untuk menciptakan sebuah strategi yang benar-benar terintegrasi dengan baik sehingga risiko yang ada bisa dikelola dengan baik. Pada umumnya, tanggapan risiko terdiri dari beberapa kategori, yaitu:
Risk Avoidance atau menghindari risiko, disini biasanya manajer risiko akan mengambil sebuah tindakan atau kebijakan untuk memberhentikan segala macam bentuk kegiatan yang bisa mengakibatkan risiko terhadap perusahaan terjadi.
Risk Reduction atau mengurangi risiko, disini manajer risiko akan mengambil sebuah tindakan atau kebijakan untuk mengurangi probabilitas atau efek atau bahkan keduanya, langkah yang biasa diambil pada kategori ini adalah melalui control atau pengendalian pada bagian dalam perusahaan atau internal perusahaan.
Risk Sharing or Transfer atau memindahkan risiko, disini biasanya manajer risiko akan mengambil sebuah tindakan dimana dia akan memindahkan beberapa risiko ke pihak asuransi, hedging atau bisa juga pada outsourcing.
Risk Acceptance atau menerima risiko, sesuai dengan namanya maka disini manajer risiko tidak mengambil tindakan atau kebijakan apapun demi mengurangi risiko yang terjadi pada perusahaan. Dengan kata lain, disini manajer risiko menerima risiko terjadi pada perusahaan tanpa melakukan apapun.
Baca juga: Hedging adalah Lindung Nilai dalam Investasi, Ini Contohnya
5. Tabel Perencanaan Risiko
Tahap selanjutnya dalam manajemen risiko adalah membuat tabel perencanaan risiko. Hal ini penting sekali untuk dilakukan karena pada tahap ini anda akan mengetahui kira-kira langkah apa sajakah yang harus anda ambil untuk menanggulangi risiko.
Pada tabel ini anda bisa menuliskan hal-hal apa saja yang perlu anda persiapkan agar perusahaan anda bisa terhindar dari risiko.
Ada beberapa hal yang bisa anda lakukan seperti mengamankan aset perusahaan anda dengan cara diasuransikan. Disamping itu, anda juga bisa memberikan jaminan kesehatan atau asuransi jiwa bagi para pekerja anda.
Dan yang tidak boleh anda lewatkan adalah untuk menerapkan serta memberlakukan standar keamanan kerja bagi seluruh pekerja anda guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ketika bekerja, dan anda juga bisa berupaya untuk lebih waspada dan tidak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang bisa menyulitkan anda nantinya.
Baca juga: Laporan Perubahan Modal: Pengertian, Rumus & Cara Membuatnya
6. Implementasi
Setelah membuat tabel perencanaan risiko, maka langkah yang perlu dilakukan selanjutnya adalah implementasi. Di sini anda harus melakukan hal-hal yang telah anda buat pada tabel perencanaan risiko.
Jika anda berencana ingin mengasuransikan aset-aset perusahaan anda, maka anda harus segera datang ke kantor asuransi untuk mengurus segala hal yang diperlukan.
Jika anda juga berencana untuk memberikan asuransi kesehatan pada seluruh karyawan anda, maka anda juga harus segera mengurus keperluan asuransi tersebut. Hal ini harus anda lakukan agar paling tidak anda bisa mengurangi atau bahkan bisa menghindari segala macam risiko yang bisa kapan saja terjadi pada perusahaan anda.
Pada intinya implementasi adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada tabel perencanaan guna mengurangi atau bahkan menghindari pengaruh buruk dari setiap risiko yang bisa terjadi pada perusahaan.
Baca juga: Pengertian Produsen Beserta Contoh, Bentuk dan Tujuannya
7. Informasi dan Komunikasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan dalam manajemen risiko berfokus kepada identifikasi informasi serta penyampaian daripada informasi tersebut kepada pihak-pihak terkait melalui berbagai macam media komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan anda.
Dengan demikian, setiap orang atau pihak yang mendapatkan informasi tersebut bisa melaksanakan tugas, kewajiban, serta tanggung jawabnya dengan baik.
Pada bagian ini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan terutama untuk penyampaian informasi tersebut, yaitu kualitas informasi yang diberikan, kemudian arah informasi atau kepada siapa informasi akan diberikan dan yang terakhir adalah alat komunikasi atau media apakah yang akan digunakan untuk menyampaikan informasi tersebut.
Baca juga: Mengenal Jenis-Jenis Nota, Fungsi dan Cara Membuatnya
8. Evaluasi
Terkadang apa yang sudah direncanakan sebelumnya, tidak berjalan lancar seperti apa yang diharapkan. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal. Dan merupakan hal yang memang lumrah terjadi.
Terkadang ada perubahan lingkungan atau keadaan yang tidak diduga sebelumnya, sehingga menyebabkan perubahan rencana yang berbeda dari rencana manajemen risiko yang sebelumnya telah dibuat.
Oleh karena itu, agar semuanya tetap berjalan lancar maka perubahan rencana perlu dilakukan sehingga anda tetap bisa menanggulangi atau bahkan menghindari risiko yang mungkin terjadi pada perusahaan.
Baca juga: Modal Ventura: Pengertian, Jenis, Keuntungan dan Contoh
9. Monitoring
Tahapan terakhir yang ada dalam manajemen risiko adalah pemantauan atau monitoring. Pada tahapan ini pemantauan dilakukan secara berkala dan terus menerus guna memastikan komponen-komponen lainnya bisa berjalan dengan baik dan maksimal. Hal yang perlu diperhatikan pada tahapan ini adalah pelaporan yang kurang lengkap atau terkesan berlebihan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen risiko sangatlah penting untuk menunjang perusahaan terlebih lagi untuk meminimalisir segala macam risiko yang bisa saja terjadi pada perusahaan.
Oleh karena itu penting sekali untuk mengimplementasikan manajemen risiko keuangan yang terstruktur dan terencana dengan baik. Semoga dengan ulasan diatas anda bisa lebih memahami tujuan, fungsi serta pelaksanaan manajemen risiko.
Baca juga: 13 Cara Mendapatkan Uang 500 Ribu Dalam Sehari dan Cepat