Descending wedge atau yang juga dikenal sebagai falling wedge pattern adalah salah satu pola grafik harga yang berfungsi untuk menandakan apabila ada momentum bullish di kemudian hari.
Sama seperti pada rising wedge pattern, falling wedge juga seringkali digunakan para trader dalam menganalisis teknikal. Untuk penjelasan lebih lanjut, yuk simak artikel berikut ini!
Daftar Isi
Apa itu Falling Wedge Pattern?
Falling wedge pattern adalah pola yang terbentuk apabila harga memantul atau bounce di antara dua garis tren yang miring ke bawah dan konvergen. Pola semacam ini seringkali ditemui pada ujung downtrend harga aset.
Selain itu, pola ini nantinya akan dibentuk menggunakan garis resistance dan support yang miring ke bawah. Walau demikian, Anda tetap dapat melihat bahwasannya pergerakan resistance cenderung lebih menurun bila dibandingkan dengan pola pada garis support.
Pola falling wedge sendiri ditandai oleh semakin pendeknya candlestick pada grafik harga aset. Di mana, hal tersebut mengidentifikasikan bahwa tren bullish perlahan-lahan sedang dibentuk oleh para pembeli.
Selanjutnya, apabila harga set menembus garis tren atas, maka pembalikan akan terjadi (harga aset akan bergerak lebih tinggi).
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, falling wedge pattern adalah contoh dari pola bullish pada grafik harga di pasar. Ketika pola ini dipadukan dengan rising wedge, keduanya akan mengidentifikasikan apabila terjadi pergeseran arah tren.
Selain itu, grafik ini juga memungkinkan trader untuk mengambil posisi beli serta mulai memasuki pasar.
Cara Mengidentifikasi Pola Falling Wedge Pattern
Pola falling wedge pattern ini dinilai sebagai pola lanjutan, apabila muncul sebuah tren yang sedang naik. Sebaliknya, falling wedge dianggap sebagai pembalikan, ketika muncul pada saat tren sedang turun.
Faktor yang membedakan antara rising dan juga falling wedge pattern adalah arah tren ketika keduanya muncul pada grafik harga aset di pasar.
Nah, berikut ini Bitocto akan jelaskan lima cara mengidentifikasi pola falling wedge pada grafik harga aset di pasar, yaitu:
- Identifikasi tren sedang naik atau turun.
- Hubungkan antara lower highs dan juga lower lows dengan menggunakan garis tren. Nantinya, kedua garis tersebut akan bertemu dan miring ke bawah.
- Carilah divergensi antara harga serta osilator misalnya seperti indikator stochastic ataupun RSI.
- Sinyal oversold dapat dikonfirmasi menggunakan alat teknis lainnya, misalnya seperti osilator.
- Carilah titik break di atas resistance guna entri yang panjang.
Baca juga: Apa itu Mining Farm? Ini Pengertian, Fungsi & Cara Kerjanya
Cara Trading dengan Pola Falling Wedge dan Rising Wedge
Sederhananya, baik pola rising maupun falling wedge sama-sama dapat Anda gunakan ketika ingin menentukan strategi trading aset kripto di pasar.
Artinya, melalui dua pola ini trader dapat memperkirakan kapan waktu terbaik untuk membuka posisi, memutuskan stop loss, serta mempertimbangkan keuntungan dan juga risiko sebelum melakukan aktivitas trading.
Penjelasan lebih lanjut mengenai cara trading menggunakan pola rising dan falling wedge pattern adalah sebagai berikut.
1. Tentukan Risiko dan Target Profit
CMC Markets mengungkapkan bahwa seorang trader harus bisa mempertimbangkan risiko kerugian dan juga keuntungan sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka posisi pada pasar aset.
Kedua faktor tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan tergantung pada dana dan profil risiko yang trader miliki.
2. Buka dan Tutup Posisi Menggunakan Wedge Pattern
Selanjutnya, Patrick Foot dari IG Markets juga menyarankan para trader untuk melakukan konfirmasi pola terlebih dahulu sebelum akhirnya membuka posisi trading. Caranya adalah dengan menunggu terjadinya breakout.
Ketika harga berhasil melewati garis tren atas pada pergerakan turun, pada trader dihimbau untuk membeli aset sesegera mungkin .
Sebaliknya, apabila harga menembus garis tren bawah selama pergerakan yang naik, trader disarankan untuk menjual aset atau menutup posisinya.
3. Cara Menentukan Stop Loss dengan Wedge Pattern
Selain poin di atas, Patrick juga mengungkapkan bahwa trader dapat menempatkan stop loss pada harga paling tinggi dari aset yang bersangkutan atau sedikit melampaui level support sebelumnya.
Akan tetapi, jika pergerakan masih menurun atau garis support gagal berubah menjadi level resistance yang baru, maka trader disarankan untuk segera menjual aset atau menutup posisinya.
4. Konfirmasi Wedge Pattern yang Akurat
Dalam beberapa kasus, seringkali trader menemukan wedge pattern palsu atau tidak akurat. Namun sebenarnya, ada dua cara yang bisa Anda gunakan untuk memastikan keaslian dari pola tersebut, berikut di antaranya.
Cara pertama adalah dengan memastikan nilai volume dari perdagangan aset. Kenaikan harga yang diiringi dengan penurunan volume perdagangan dapat memperkuat kemungkinan bahwa pembalikan harga akan segera terjadi.
Selanjutnya, cara kedua untuk mengonfirmasi kebenaran pola ini adalah dengan memastikan pergerakan harga aset terhadap level retracement fibonacci.
Artinya, apabila pergerakan harga aset masih di bawah 50% dari level fibonacci, maka rising wedge pattern dianggap valid dan dapat digunakan sebagai acuan dan trading.
Demikian penjelasan mengenai apa itu falling wedge pattern. Perlu diingat bahwa tidak semua indikator atau pola bekerja dengan cara sama. Biasanya, beberapa indeks hanya akan sesuai atau cocok digunakan pada kelas aset tertentu.
Pada umumnya, falling wedge memang digunakan untuk aset cryptocurrency. Simak informasi menarik lainnya hanya di Bitocto.
Baca juga: Mengenal Apa itu TRC20 dan Perbedaannya dengan ERC20