Bollinger Band

Apa itu Bollinger Band: Pengertian, Fungsi dan Penerapannya

Share:
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin

Bollinger band atau pita Bollinger adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur volatilitas aset saat trading. Melalui indikator ini, trader bisa lebih mudah dalam melihat arah pergerakan pasar. Pita Bollinger diciptakan oleh seorang technician trader, John Bollinger pada tahun 1980.

Pita Bollinger merupakan indikator yang cukup populer, bahkan kabarnya sangat cocok untuk melakukan scalping agar keuntungan bisa diperoleh secara lebih cepat. Yuk pelajari lebih lanjut dalam artikel berikut ini.

Apa itu Bollinger Band?

Apabila Anda pernah mencoba trading saham atau forex (valuta asing), pasti sudah tidak asing dengan istilah satu ini, pita Bollinger. Pita Bollinger adalah salah satu indikator yang sering digunakan untuk memanksimalkan profit.

Secara sederhana, Bollinger Band adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui volatilitas sebuah aset serta memperkirakan tren harga akan bergerak ke mana. Singkatnya, indikator ini digunakan dengan mengambil keputusan kapan harus membeli dan menjual saham. 

Di samping itu, Bollinger Band adalah indikator yang bisa digunakan untuk menentukan fase overbought dan oversold. Maka dari itu, sebagai trader akan diuntungkan dengan informasi ketika pasar sedang ranging (sideways), harga akan bergerak di antara dua pita (band).

Umumnya, pita Bollinger memiliki Simple Moving Average atau SMA yang terdiri dari dua pita dan masing-masing terletak di garis bawah serta atas SMA. adapun nama dari keduanya yaitu Upper Bollinger Band (atas) dan Lower Bollinger Band (bawah).

Nilai pita atas dan bawah tersebut nantinya diukur dengan melakukan pengurangan serta penambahan nilai SMA dengan standar deviasi. Standar deviasi akan mengukur besar volatilitas dan perkiraan sejauh mana pergerakan harganya dari true value.

Fungsi Bollinger Band

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fungsi dari Bollinger Band adalah untuk menentukan pasar sebuah aset di mana umumnya akan terdapat dua analisis yaitu overbought dan oversold.

Overbought memiliki definisi yaitu suatu kondisi di mana aset sudah mencapai titik jenuhnya dalam pembelian. Hal ini biasanya disebabkan oleh tren kenaikan harga yang signifikan dan kemudian berhenti di satu titik. Di titik tersebut biasanya para trader melepas aset untuk dijual dan mengambil keuntungan.

Sementara itu, oversold adalah kebalikan dari overbought. Sebuah kondisi di mana aset telah sampai di titik jenuh penjualan. Hal ini disebabkan karena dampak dari adanya tren penurunan harga drastis. Nilai akan semakin turun dan menuju titik jenuhnya, setelah trader menjual aset untuk mengambil keuntungan.

Guna memprediksi kondisi tersebut, Anda bisa menggunakan strategi pita Bollinger. Caranya yaitu dengan melihat dua garis indikator utama, yakni garis atas dan bawah dari moving average. Apabila suatu aset menyentuh garis atas terus menerus, maka dikatakan sedang masuk ke fase overbought, begitu pun sebaliknya.

Umumnya, para trader pada melakukan pembelian apabila aset tersebut sedang memasuki fase oversold. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Baca juga: Cara Membaca Candlestick pada Trading Agar Profit, Simple!

Cara Menggunakan Bollinger Band dalam Trading

Adapun cara kerja Bollinger Band adalah dengan menghitung rata-rata pergerakan sederhana dari aset yang diperjualbelikan. Secara umum, yang dipakai adalah SMA 20 hari. Dengan menggunakan rata-rata pergerakan harga selama 20 hari, maka akan didapatkan harga penutupan untuk 20 hari pertama dan nantinya akan dipakai sebagai titik data pertama. 

Setelah itu, titik data selanjutnya akan diambil dengan menurunkan harga paling awal. Lalu, menambahkan harga pada hari ke-21 dan ambil nilai rata-ratanya, begitu pun seterusnya. Setelahnya, akan didapatkan standar deviasi dari harga aset tersebut.

Contoh Penggunaan Bollinger Band dalam Trading

Cara paling umum yang digunakan oleh trader dengan Bollinger Band adalah dengan membuka posisi buy saat harga melampau pita bawah dan mengambil posisi sell ketika harga melewati pita atas. Namun, perlu diketahui bahwa langkah ini belum tentu selalu berhasil.

Ada beberapa momen di mana saat trader sedang membuka posisi sell atau buy, harga melampaui pita atas dan bawah namun tidak rebound (kembali ke atas atau terkoreksi) seperti yang diperkirakan. Maka dari itu, saat harga turun atau naik terus, para trader akan mengalami kerugian.

Salah satu cara trading menggunakan Bollinger Band adalah saat pasar sedang sideways. Artinya, ketika harga sudah melampaui garis SMA 20, maka Anda bisa membuka posisi atau entry dengan ketentuan seperti berikut:

  1. Anda bisa entry saat candle tertutup melebihi SMA 20, apabila harga sudah melampaui SMA 20 dengan pergerakan naik. Lalu, ketika harga sudah sampai ke Upper Band, bisa lakukan close position atau exit.
  2. Apabila terjadi sebaliknya, lakukan entry saat candle tertutup di bawah SMA 20. Ketika harga menyentuh Lower Band, maka bisa dijadikan sebagai target exit atau close position.

Cara Membaca Bollinger Band

Meskipun pita Bollinger biasa dipakai saat sideways, namun dapat juga digunakan saat pasar sedang trending. Adapun cara membaca Bollinger Band saat pasar sedang trending sebagai berikut:

  1. Kondisi uptrend akan terjadi apabila harga sudah melampaui Upper Band dan harga akan ditutup di luar pita.
  2. Kondisi akan downtrend, apabila harga melampaui Lower Band dan penutupan harga di luar pita.

Nah, itu dia penjelasan mengenai apa itu bollinger band, fungsi dan penerapannya dalam trading. Pada intinya, pita Bollinger merupakan salah satu indikator populer yang akan membantu trader menentukan keputusan jual-beli aset. 

Nah, selain melalui artikel di atas, Anda juga bisa menonton penjelasan singkat seputar Bollinger Band di video Bollinger Band by Bitocto berikut. Semoga informasi ini bermanfaat!

Baca juga: Apa itu Forex? Simak Pengertian, Cara dan Tips Tradingnya

Share:
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin